Efektivitas Nostalgia dalam Lagu-Lagu Masa Kini

Beberapa tahun lalu, tepatnya di tahun 2017, sebuah lagu berjudul ‘Plastic Love’ diunggah di Youtube. Plastic Love yang dinyanyikan oleh Mariya Takeuchi. Video tersebut merupakan lagu Plastic Love yang diremix oleh akun bernama ‘Plastic Lover’ selama 7 menit dan menampilkan foto Takeuchi yang diambil di Hollywood pada 1980.  

Sejak kemunculan lagu Plastic Love-Maria Takeuchi, lagu-lagu City Pop Jepang lainnya juga muncul dan menjadi salah satu genre musik yang digandrungi oleh banyak anak muda. Youtube sendiri dibanjiri oleh kumpulan playlist city pop Jepang buatan netizen termasuk di Indonesia yang kemudian juga mengklaim punya city pop versinya sendiri, seperti lagu-lagu 80an bergaya funk dan chill yang dinyanyikan Fariz RM, Utha Likumahuwa, Candra Darusman, dan Chrisye. Lagu-lagu ini disatukan dalam sebuah video  berdurasi 100 menit.

Besarnya minat masyarakat terhadap era 80an di masa kini memancing pasar untuk memasukkan unsur 80an ke dalam karya mereka. Seperti Diskoria, Maliq n D’essentials, dan Laleilmanino. Keduanya merupakan kelompok musik yang sering menciptakan dan mengaransemen ulang lagu dengan nuansa funk dan jazz. Untuk menambah nuansa jadul, terkadang mereka memberikan efek noise di dalam lagu mereka, sehingga terdengar seolah-olah lagu tersebut diputar di radio. 

Salah satu lagu yang memiliki aspek-aspek tersebut adalah lagu Diskoria ft. Dian Sastro dan Laleilmanino yang berjudul ‘Serenata Jiwa Lara’. Lagu tersebut sukses menarik perhatian netizen karena musiknya yang bergenre disco dan funk, kualitas suara musik yang sengaja tidak dijernihkan, video clip yang dibuat berkualitas rendah, serta pakaian dan make-up yang tidak terlalu ‘natural’ menambah kesan ‘lawas’ di dalam lagu mereka. Bahkan lirik yang digunakan cenderung puitis, seperti lirik-lirik lagu yang ada di tahun 80an.

Uniknya, meskipun lagu ini menggunakan nuansa 80an, namun tidak hanya generasi 80-an yang merasa nostalgia. Para Millennials dan Gen-Z pun turut merasakan nostalgia. Hal ini unik, karena lagu 80an biasanya didengarkan oleh mereka yang tumbuh di tahun tersebut. Dengan kata lain, mereka yang lahir tahun 1960-1970 lah yang merasakan nostalgia. Sedangkan Millennial yang lahir di tahun 1980-1995, dan Gen-Z yang lahir di tahun 1996-2012 tidak, karena mereka tidak tumbuh di zaman itu. Namun banyak yang merasakan nostalgia, meskipun tidak merasakan era musik tersebut.

                Dari kondisi ini, saya melihat bagaimana nostalgia dapat dimanfaatkan untuk menarik perhatian masyarakat. Hal ini karena nostalgia dapat membuat seseorang merasa nyaman ketika mampu mengenang masa lalu lewat sesuatu, masa-masa ketika kita muda dan belum memiliki beban seperti sekarang. Namun, seberapa efektif nostalgia ini digunakan untuk mempromosikan lagu? Apakah nostalgia marketing ini hanya mengejar target usia tertentu, atau jangan-jangan nostalgia ini mampu menciptakan sebuah nostalgia palsu (false nostalgia) kepada mereka yang tidak mengalami era tersebut? Dan apakah mereka jadi menyukai lagu tersebut karena musiknya, atau karena efek nostalgia yang diberikan lagu tersebut? Hal ini menurut saya menarik untuk dikaji lebih dalam, baik melalui survey maupun analysis content berdasarkan komentar yang ada di media sosial.

Tidying Up ≠ Minimalism: What I Learned from Marie Kondo


HAPPY NEW YEAR!! MAY BLESSINGS AND FORTUNE BE WITH YOU!

Ok, after hiatus for a long long time, finally I get an insight (?) to writing again. And this time is about the book I read lately. Check it out!



Do you know Marie Kondo? Most of people, especially those who have NETFLIX must know her, a Japanese woman who loves tidying anything, I mean, ANYTHING. She knows how to fold any kind of clothes, from t-shirt to the thickest coat. She also known by her quotes about ‘Thing that sparks joy’. I’ve known her since 2019, when I starting to interested in minimalist lifestyle. I was looking articles and videos about ‘How to be minimalist for beginner’, and her TV shows ‘Tidying Up with Marie Kondo’ trailer appeared in one of my search results. I amazed by her skills, how she capable to tidying.   After that, I starting do a little research about her. Turns out she launched a book titled ‘Spark Joy: An Illustrated Master Class on the Art of Organizing and Tidying Up (The Life Changing Magic of Tidying Up)’ since 2012. I bought the e-book without hesitation, and started to read it on Dec. So this is what I learned after reading the book:


1. Tidying Up  Minimalism

        Most of my friends knowing her as the one who taught minimalism, but after I read the book, it turns out that she only taught us about tidying up something. I’ve read a book about minimalism written by Fumio Sazaki, and he said that Marie Kondo is actually only taught us how to tidying. If minimalism principle is only having something that you really need. If you don’t need it, then you don’t have to buy it. And if you have something that only used once in a while (for example: a party dress), you have to get rid of it. Because in minimalism, you only have a thing that you’ll use everyday.

        But Marie Kondo is different, she didn’t say anything about functionalism of things etc, she only said that ‘Keep things that sparking joy for you, and keep tidying your things’. So, even if that things don’t have any particular function, if it sparks joy, then you should keep it. How do you know if it sparks joy or not? By touch it, and hug it. You’ll feel the joy and warmth of anything that sparks you joy.

4. Fold your Clothes into Square Shape

        Marie Kondo’s book taught me to fold anything (clothes) into a square shape, so you can easily put the clothes without leaving a space. From underwear, shirts, Jackets, pants, socks, and skirts. In her books, she told us how to fold it into a square. But there are some kind of clothes that can’t be fold because of the pattern and the fabric type, such as gown and tux. If you can’t fold it, than simply hang it.

3. BOX, BOX, BOX

        For you, who have watched the Marie Kondo TV Shows, you must know that she always told her client to put anything in a box. Yes, literally a box. Because boxes can make tidying up more easier, and it’ll be easier too when you looking for something, because it’s sorted in boxes. So when you tidying your room, make sure you bring boxes, name the box, and put your things there (For example: ‘books’, ‘works’, ‘personal care’, etc). You don’t need to buy box like Marie Kondo use if your budget is low (she sells the box in her website tho. You can check it if you want), you can use shoebox, card box, or anything that shaped like a box.

4. Do Not Force Someone to tidying up if they don’t want to

        Sometimes, when we’re starting to tidying up, we’re want anyone, especially those who around us (family, friends, etc) to do something like us. I also want my sister to do same thing like me, because her room is waaaayy messier than mine. But she doesn’t want to do the same thing as me. And it makes me a little sad. But in the books, Kondo said that if someone doesn’t want to tidying up, then don’t. Because if they’re force to do that, then they wouldn’t find any sparks in anything. So focus on yourself first.


As a beginner minimalist, Marie Kondo and Fumio Sazaki’s book are like a bible for me. I still learning about minimalism tho, if you’re also a minimalist, let me know. Maybe we can learn together about minimalism.

Sincerely,
Shirleyuri



Menjadi Survivor Penyakit GERD (Refluks Asam Lambung)


Halo, hari ini gua mau share soal salah satu penyakit gua yang cukup parah dibandingkan penyakit-penyakit yang pernah gua alamin. Namanya GERD atau Gastroesophageal reflux (Refluks asam lambung). Jadi, penyakit ini tuh salah satu penyakit yang ada di lambung, di mana asam lambung yang ada di perut keluar berlebihan, membuat perut luka, dan asam lambungnya naik hingga kerongkongan. Jadi, ini kayak the next level of Maag. Buat lebih lanjutnya, kalian bisa cari tahu di  sini

Yup, baru-baru ini gua didiagnosa kena penyakit itu. Kayaknya sih penyakitnya udah dari setahun, tapi gua baru ngerasain sakitnya tuh mulai Januari kemarin. Waktu itu gua habis balik dari Taman Ismail Marzuki buat ngurusin surat perizinan peminjaman gedung. Seperti biasa, gua pulang naik Transjakarta kan, soalnya akses ke rumah lebih gampang kalo pake Transjakarta ya ketimbang naik KRL. Nah, waktu itu gua ga merasa yang aneh tuh, cuma haus sedikit, makanya sebelum pulang gua beli minum dulu lah di sana. Eh, pas lagi di Otista, tiba-tiba gua merasa mual parah. Bawaannya tuh pusing, mual, mana dapetnya berdiri pula. Badan udah sampai keringetan saking mualnya. Mau keluar dari Bus, tapi ini lagi di tengah jalan, sementara halte berikutnya (BNN) masih lumayan jauh. Ga jauh, sih, tapi buat gua yang waktu itu lagi nahan muntah dan ngedrop, itu sangat jauh. Eh, pas udah deket BNN, puji Tuhan orang yang duduk di depan gua pergi, jadi gua bisa duduk, dan turun di UKI (padahal harusnya turun di BKN). Dari UKI, gua langsung ke rumah pake Taksi, biarin dah tekor, yang penting pulang ga sesak.

Beberapa hari kemudian, gua ke dokter kan buat konsultasi soal penyakit itu. Karena ga tau sakit apa, gua bilang aja ke dokter umum dulu, biar nanti dokter umum yang ngasih saran mesti lanjut ke dokter mana. Pas dia cek, kata dia ada indikasi usus buntu. Perut gua katanya rada keras dan persentase gua usus buntu tuh 60%. JEGER! Gua udah shock aja kan, yah, berarti mesti operasi dong kalo gini. Hadeh, buang-buang waktu aja. Habis itu dokternya nyaranin gua buat tes darah sama USG, buat cari tahu bener ga ada usus buntu. Pas di cek, hasil tes darah gua baik, dan USG nya sih  ga ada pembesaran usus buntu, tapi ada kista sebesar 2 cm, yang biasanya muncul kalo kita mau menstruasi (Kebetulan saat itu gua lagi PMS). Akhirnya  dokternya ngasih surat rekomendasi ke dokter penyakit dalam buat konsultasi. Pas dicek dokter penyakit dalam, dia cek perut dan nekuk-nekuk kaki gua, terus ditanya sakit ga pas ditekuk, ternyata ga sakit. Dokter penyakit dalam pun menyimpulkan kalo itu bukan usus buntu, ada kemungkinan sih itu efek otot yang tegang karena lagi PMS. Kemudian dokter pun memberi obat pereda nyeri. 

Sempet aman tuh badan, ga kenapa-kenapa. Eh, 3 minggu lalu, hari jumat, gua mulai mulas, mual, pusing juga, badan rada keringat dingin juga, padahal itu kondisinya gua lagi ngajar kan. Akhirnya gua memutuskan habis ngajar langsung ke dokter. Kali ini gua langsung memutuskan ke dokter penyakit dalam. Gitu dicek, dokter bilang gua kena penyakit Maag. Jadi harus hindari makanan asam, pedas, dsb. Kemudian dikasih obat-obatan yang berkaitan dengan maag. Pas hari Selasa, gua inget tuh lagi ngerayain Ulang tahun temen kuliah gua di Cibubur. Gua udah berusaha ga makan yang pedes-pedes, tapi ya makan bawang putih yang cukup banyak. Malamnya, gua sesak nafas, perut mulas, mual pula, BAB warnanya kayak warna semen baru diaduk, wah pokoknya ga bener deh badan. Besoknya, kami ke dokter penyakit dalam di deket Cibubur. Disitu barulah gua didiagnosa kena GERD. Wih gila, namanya keren yak. Tapi sayang, penyakitnya ga keren sama sekali. Disitu gua dikasih obat, dan dikasih beberapa pantangan. Waktu itu, makanan yang ga boleh gua makan tuh : 
  1. Pedas
  2. Asam
  3. Goreng-gorengan
  4. Cokelat
  5. Alkohol
  6. Bawang merah dan bawang putih, nah ini nih kayaknya salah satu pemicu sakit gua. Waktu siangnya kan gua banyak makan bawang putih
  7. Mint
  8. Lemak-lemak seperti susu, keju, dll
Dan gua mesti ngelakuin itu sampe 1 bulan (minimal). Sedih sih, tapi daripada sakitnya muncul-muncul lagi kan? Terus dikasih deh obat buat 10 hari. Gua minum obat itu sambil minum sari kunyit (kapsul). Terus minggu depannya, Puji Tuhan badan udah enakan. Terus kamisnya gua ke TIM lagi buat urus peminjaman fasilitas di sana. Pas pulang, badan udah ga enak sih, kebetulan juga pas pulang dapetnya berdiri terus kan. Tapi, gua anggep itu pusing karena pegal-pegal kelamaan berdiri. Hari jumatnya, sebelum gua ngajar, badan kok rasanya lemes, bahkan buat rebus tahu pun rasanya susah banget, tapi gua kira itu karena PMS aja. Jadilah gua bawa santai. Akhirnya jam setengah 3 gua ngajar, kadang sempet sesak nafas, kadang mual sampe muntah juga, tapi gua berusaha bertahan dengan minum air panas sebanyak-banyaknya. 

Pas jam 6, gua udah sesak sampai kepala sakit, makan pun ga bisa. Akhirnya gua memutuskan untuk pulang cepet, murid terakrhir gua batalin aja kelasnya, karena gua udah ga kuat lagi. Kebetulan, emak gua jemput gua, jadi gua bilang mau ke RS aja buat cek badan. Eh pas pulang, badan udah ga nyaman kan, tiba-tiba kaki gua kesemutan, tapi gua masih tahan. Terus pas lagi cari puteran, ternyata puteran terdekat tuh di deket Pesona Khayangan, sementara RS tujuan kami tuh RS Mitra Keluarga Depok. Pas muter balik, tiba-tiba kesemutan yang dari kaki menjalar sampe tangan, sampai kuping gua juga kesemutan. Gua makin bingung kan, ini kenapa? Terus ga lama perut gua terasa keram, kayak ada yang cengkeram perut gua gitu. Gua langsung bilang, "Ma, kita ke IGD aja. Kakak udah ga kuat". Gua disitu udah bingung kan karena semua badan gua kesemutan, tangan gua juga kaku, buat lipat tangan buat berdoa aja rasanya susah minta ampun. Gua kira, gua bakal meninggal saat itu. Gua berkali-kali berdoa mohon ampun sama Tuhan, dan menyerahkan semua sama Tuhan. Eh, ga lama setelah itu, gua udah mulai ga sesakit tadi, meskipun masih kesemutan seluruh badan. 

Akhirnya sampailah di IGD, gua langsung dibawa ke dalam, terus cek tekanan darah. Yang pertama gagal, karena tangan gua masih gemetaran parah. Yang kedua, akhirnya berhasil. Terus barulah gua dipasang oksigen. Habis itu susternya nanya, apa yang dirasa sekarang, terus sekarang lagi sakit apa. Ya gua ceritain aja gua gemeteran, sesak nafas, terus ada penyakit GERD. Setelah dipasang oksigen dan tiduran, perlahan, gemetar dan sesak nafas gua berkurang. Puji Tuhan.

Ga lama, dokter yang jaga IGD datang dan bertanya hal yagn sama. Gitu gua bilang gua ada GERD, dokternya bilang kalo gemetar yang sampai kepala itu karena kita panik pas GERDnya kambuh. Katanya, kalau kambuh, usahakan jangan panik, tetap tenang. Kalau ga, ya bakal kayak gua tadi.

YA GIMANA GA PANIK DOK, SAYA BARU PERTAMA KALI NGERASAIN INI!?

Terus gua diambil darahnya, sambil dikasih obat lambung via suntikan. Perut gua yang tadinya sakit parah, mulai mereda. Gua pun disuruh stay di IGD sampai hasil darah keluar, karena kali aja kan gua darahnya rendah atau gimana. Sambil nunggu, akhirnya gua minum teh panas sambil makan 2 buah biskuit dan 1/4 bacang. 2 jam kemudian, hasil darah keluar, ternyata puji Tuhan HB gua normal, cuma elektrolitnya rada kurang karena tadi sempet muntah. Akhirnya dari jam 7 masuk IGD, gua boleh pulang jam 10 malam. Gua dikasih obat, terus buat jaga-jaga, emak gua minta supaya obatnya ditambahin, biar lebih lama habisnya, gitu. 

Oh iya, selama proses pemulihan, gua disuruh melakukan 3 hal ini :

1. Menjaga pola makan

Tadi udah disebutin di tempat sebelumnya ya, ada beberapa makanan yang pantang, dan untuk sementara jadi Haram buat gua. Tujuannya sih baik, supaya perutnya ga luka-luka lagi. Terus gua harus ngemil setiap 2 jam sekali, pokoknya perut ga boleh kosong. 

2. Menjaga pola tidur

Nah ini agak sulit nih, soalnya gua kebiasaan tidur diatas jam 11 dan bangun jam 5 atau 6 pagi. Sementara untuk penderita GERD, disarankan tidur 7-8 jam. Ini masih susah buat gua, soalnya gua masih suka ga bisa tidur kalau di bawah jam 11, rasanya kayak ga nyaman gitu. 

3. Menjaga stress

Ini nih, yang menurut gua pemicu penyakit gua. Stress. Ya, beberapa bulan terakhir gua emang rada stress karena menjadi wakil ketua panitia konser paduan suara gua. Soalnya ini pertama kalinya dalam hidup gua jadi wakil ketua atau ketua, banyaknya tuntutan ini itu, sementara kondisi gua tidak memungkinkan. Gua jadi suka stress sendiri karena kepikiran soal konser gua, akhirnya gua stress. Terus di tempat les, ada banyak anak yang ga bisa-bisa juga setelah diajarin, padahal itu materi udah 3 minggu. Ada pula yang mesti diajarin dari 0 setiap minggu, sementara ortu murid pasti ekspektasinya tinggi kan buat beginian. Akhirnya gua stress. Ternyata, stress itu mempengaruhi asam lambung guys. Ketika lu stress, maka asam lambung akan semakin banyak dikeluarkan, dan itu akan meningkatkan resiko GERD. Ini masih susah sih, terutama pas lagi ngajar. Karena lu sebenernya ingin bawa santai aja pas lagi ngajar. Tapi ada hati kecil lu yang pengen supaya anak-anak itu cepat bisa, sehingga secara ga sadar, lu jadi stress. Tapi gua masih berusaha buat redain stress gua dengan menarik nafas panjang dan minum air hangat. Doakan gua ya guys. Ini bagian yang tersulit (menurut gua) soalnya. 

 Sekarang udah hampir seminggu sejak kejadian gua masuk IGD. Gua rajin buka-buka forum penderita GERD di Facebook, supaya bisa liat sharing-sharing mereka yang sudah sembuh. Rupanya sembuhnya seseorang itu bervariasi. Ada yang 2 bulan baru sembuh total, ada juga yang bertahun-tahun, tergantung seberapa besar luka di lambungnya. Hihh, pokoknya jangan sampai deh kena lagi-lagi penyakit ini. 

Saran dari gua : kalau ada sakit, jangan didiamkan! Apalagi kalo sakitnya bertahan lebih dari 3 hari. Emang sih, ga separah kanker atau tumor ganas, tapi ini bener-bener mengganggu loh. Apalagi jika dibiarkan, bisa-bisa ini berkembang jadi penyakit Esofagus Barret, di mana penyakit ini dapat meningkatkan resiko kanker Esofagus atau kanker kerongkongan, hiiiih, ga mau kan? 

Yuk, sayangi diri sendiri. 

Cibubur, 27 Februari 2019

Shirleyuri


Pengalaman jadi Guru di Yamaha Music School

Yak, jadi waktu itu gua cerita kalo gua ditelepon sama Yamaha Music School pas lagi ditengah-tengah interview pas lagi di HokBen kan? (yang gatau, boleh kok baca dulu di sini). Nah, blog ini kelanjutan dari setelah gua ditelepon sama Yamaha Music.

Oke, jadi tuh awal mulanya, beberapa jam sebelum interview HokBen, gua ditelepon sama seorang perempuan bernama I. Awalnya gua dihubungin via Superprof (platform di mana kita mendaftarkan diri jadi guru les online. Mirip sama sistemnya ruangguru). Beliau berkata bahwa sekolah musiknya butuh guru piano pengganti. Terus gua respon lah, gua bilang Ok. Habis itu ga lama kemudian gua diWA sama mbak I ini terkait dengan sekolah musiknya. Terus gua cerita kan kalo gua belum grade 5, masih grade 6 (di Yamaha, kalau jadi guru, minimal harus udah grade 5). Eh ga lama dia bales:

"Kamu mau jadi guru piano Yamaha gak?"

Gua, yang waktu itu pengangguran, langsung menjawab IYA. Ga lama gua bales, mbak I menelepon gua. Beliau itu rupanya dealer dari salah satu sekolah musik yang berintegrasi dengan Yamaha Music School. Sekolahnya ada 2 cabang, di Pondok Duta, Depok; dan di Jl. Kartini, Depok Lama. Nah, suatu hari, salah satu guru piano di sana resign bulan November. Untuk mendapat guru pengganti, mbak I ini harus meminta dari Yamaha Pusat supaya diberikan guru baru. Tapi kalau mengikuti sistem, guru dari Yamaha baru ada bulan Februari. Karena kan Proses perekrutan guru baru Yamaha kan berlangsung dari November-Januari. Kasihan dong murid-muridnya kalo mesti vaccum 2 bulan, rugi. Nah, tapi kalau ternyata dealer punya rekomendasi, maka prosesnya bisa lebih cepat, dari Februari jadi Desember. Akhirnya Mbak I ini mencari orang-orang berlatar belakang pendidikan Yamaha Piano, dan ketemu lah dia dengan profil gua. Terus dia bilang, kalau gua tertarik, gua bakal didaftarin buat ikut audisi guru Yamaha, gua ga perlu bayar biaya pendaftaran dkk, tinggal kirim CV dan sertifikat terakhir. Gua pikir, well, ga ada salahnya nyoba kan? Jadi gua bilang tertarik.

Nah, pas lagi interview HokBen, gua ditelepon sama Yamaha Music Pusat, buat ketemuan dan technical meeting terkait dengan audisi guru. Minggu depannya, gua ketemu dengan salah satu pegawai bernama mbak N, nah Mbak N ini yang mengurus administrasi semua guru Yamaha di Indonesia. Di sana gua dikasih bahan untuk audisi, apa saja yang perlu dimainkan untuk audisi nanti, jam berapa audisi berlangsung, dan sebagainya. Nah, gua dapet jadwal tgl 14 November, yang mana berarti 2 minggu setelah ketemu mbak N.

Sebenernya 2 minggu itu terlalu mepet buat gua, yang udah lama banget ga main piano classic (terakhir main tahun 2013). Selama ini gua main piano pop, tanpa partitur, suka-suka hati gua. Sementara gua waktu itu mesti memainkan 1 buah lagu JOC (lagu original Yamaha), dan 2 pieces piano classic. Nyaho ga lu semua. Gua cukup pusing juga mainin lagu-lagu yang udah lama banget ga gua mainin. Sempet bete juga karena 'Ini mepet parah'. Tapi ya demi lolos jadi guru piano, gua berusaha untuk belajar.

Akhirnya Hari H tiba. Gua dianter emak ke gedung Yamaha Music Pusat, Gatot Subroto, Jakarta. Disitu gua audisi bersama 4 orang lagi, ada yang audisi jadi guru piano, ada yang jadi guru piano pop, ada juga yang jadi guru terompet. Wow, hebat-hebat semua.

Lalu ada gua.

Akhirnya tiba waktunya gua audisi. Gua super grogi, tapi gua usahain supaya bisa memainkan sebaik mungkin. Setelah audisi, gua diwawancara dulu sebentar sama para pengujinya.

Penguji :"Terakhir main piano classic tahun berapa?"

Gua : "2013"

Penguji : "Oh, ga bisa. Piano ga bisa ditinggal! Mesti dimainkan terus"

Gua : "Betul, bu. Makanya selama itu saya tetap menjadi accompanist di paduan suara saya yang di bawah naungan Dispora Jakarta, dan juga jadi pianis di Gereja"

Setelah bincang-bincang, akhirnya gua diperbolehkan keluar. Lalu mbak N berkata bahwa gua akan dikabari lulus atau tidaknya nanti lewat pos.

3 hari.... ga ada kabar

Seminggu.... Ga ada kabar

10 hari... Ada yang menelepon ke rumah, tapi yang angkat emak gua. Katanya itu telepon dari Yamaha yang mau membicarakan kontrak guru Yamaha. Perasaan gua campur aduk.

Apakah gua lolos? Apakah gua ga lolos? Tapi tadi katanya mau bicarain kontrak, harusnya kan berarti gua lolos dong? Tapi tapi...

Ah, deg-degan deh pokoknya.

Minggu depannya, gua dianter lagi sama emak gua ke Yamaha Gatot Subroto. Disitu gua ketemu lagi dengan mbak N. Mbak N memberi tahu bahwa gua lulus audisi guru (PUJI TUHAN), terus dijelasin lah kewajiban-kewajibannya. Seperti :

  1. Gua harus udah ambil grade 5 dalam waktu 3 tahun
  2. Gua wajib kirim laporan guru setiap bulan
  3. dll
Habis itu dia kasih tahu, bahwa setiap guru yang baru lolos WAJIB ikut seminar guru. Disana nanti calon guru akan diajarkan kurikulum Yamaha, dan tips dalam mengajar di dalam Yamaha. Terus gua dikasih buku lagu 1-4 dan list beberapa lagu yang harus dilatih (bahan ada di dalam buku 1-4). Dan jadilah gua seminar tgl 15-16 desember.

Hari pertama seminar, kami dikenalkan dengan sistem Yamaha, apa bedanya kurikulum Yamaha dengan kurikulum musik lain, dan sebagainya. Kami juga diajarkan cara mengajarkan murid sebuah lagu dengan sistem hearing (kita ajak nyanyikan melodinya, baru belajar) dan imitation playing (kita mainkan piano terlebih dahulu, baru ajak anak mengikuti). Sekalian memainkan lagu-lagu dari buku 1-2 yang ada dalam list lagu yang harus dilatih. Disitu gua berkenalan dengan beragam orang dari berbagai tempat. Ada yang dari Medan, Palembang, Batam, Surabaya, dan juga Jakarta. Dan disitu ga cuma orang berlatar belakang Yamaha doang loh. Ada juga yang selama ini ikutnya sistem ABRSM, dsb. Terus, ternyata banyak juga yang udah tua. Gua pikir bakal seumuran gua semua, atau ga antara 20-30 tahun lah yaa. Eh rupanya ada yang udah ibu-ibu, ada juga yang udah bapak-bapak. Sebelum pulang, kami dikasih PR untuk membuat lagu untuk hearing untuk anak-anak dari buku 1-4, dan juga disuruh memainkan beberapa Scales (tangga nada).

Hari kedua, kami disuruh mengumpulkan lagu yang kita buat, dan juga menampilkan Scales yang ditentukan untuk kami. Seminar hari kedua berisi tentang isi buku 3-4, dan bagaimana cara memainkan lagu-lagu tersebut agar saat ujian nanti, murid bisa dapat nilai A. Seminar pun diakhiri dengan penandatangan kontrak, dan pemberitahuan lokasi mengajar kami. Karena gua direkomendasiin sama mbak I yang di depok lama, maka dapatlah gua di Mahkota Music, Depok lama. Gua pun langsung dapat jadwal mengajar mulai Januari 2019.

Disitu gua yang belum pernah kepikiran jadi guru, sempet kaget juga. Karena banyak banget anak-anak yang jadi murid. Ada yang lucuu imut-imut gitu. Ada yang dieeemm banget. Ada yang pinterr, sekali dicontohin langsung minggu depannya jago, ada juga yang super lambatt padahal bukunya udah buku 3. 1 lagu bisa setengah jam. Wuh, macem-macem deh pokoknya. Emang sih, gua dulunya pengen jadi performer, bukan guru. Tapi setelah gua rasakan, lumayan juga jadi guru. Apalagi kerjaan gua ini berkaitan dengan bidang yang gua suka, yaitu musik. 


Cibubur, 2019
Shirleyuri


Pengalaman Magang di Ruangguru (PT. Ruang Raya Indonesia)

logo ruangguru

Halo, ini udah 3 bulan sejak gua selesai magang di Ruangguru. Dan sesuai janji, gua bakal cerita pengalaman gua di Ruangguru.

Buat yang ga tau, Ruangguru adalah perusahaan teknologi terbesar dan terlengkap di Indonesia yang berfokus pada layanan berbasis pendidikan dan telah memiliki lebih dari 6 juta pengguna serta telah mengelola lebih dari 150.000 guru yang menawarkan jasa di lebih dari 100 bidang pelajaran. Salah satu aplikasinya adalah Ruangguru, di mana isinya tuh ada beberapa program:

1. Ruangbelajar buat kalian yang mau belajar online, di dalamnya ada video penjelasan, rangkuman, dan contoh soal.

2. Ruangles, buat kalian yang mau nyari guru les offline, alias guru yang datang ke rumah.

3. Ruanglesonline, buat kalian yang punya PR tapi ga bisa ngerjain, bisa banget pake program ini. Tinggal foto soalnya di kolom chat yang tersedia, nanti habis itu guru dari Ruangguru akan membahas soal kalian.

4. RuangUji, yang isinya kumpulan soal try out.

5. DigitalBootCamp, buat kalian yang ingin belajar bareng-bareng secara online, karena program ini punya Group chat belajar dengan tutor standby.


Nah, gua magang disini sebagai content marketing intern. Awalnya gua tau soal permagangan ini pas lagi iseng buka explore nya instagram. Nah, di situ ada pengumuman kalo Ruangguru lagi buka program magang batch 8 dan 9. Kebetulan waktu itu gua baru aja lulus sidang skripsi. Jadi gua pikir, boleh juga nih ikutan ginian. Lumayan, biar pas habis wisuda nanti, gua ga nganggur-nanggur amat. Akhirnya gua apply lah divisi yang menurut gua menarik, yaitu social media marketing. Terus gua isi deh data diri di form yang tersedia. 2 minggu berlalu, gua kira gua ga bakal lolos. Eh, minggu berikutnya gua ditelepon sama Ruangguru buat interview sama user gua. Setelah atur jadwal, akhirnya gua dateng ke kantor Ruangguru buat interview. 

Pas gua dateng ke kantornya. Gua sebenernya sempet bingung karena gedung kantornya (Waktu itu masih Graha Sapta, Tebet) cukup kecil untuk sebuah 'kantor'. Yah, mungkin guanya juga yang kurang update sih ya. Biasa, pengangguran pemula. Mikirnya semua kantor itu gede. Udik emang si penulis ini.

Akhirnya gua ketemu resepsiaonisnya, terus dianter ke lantai 2, yang isinya tuh cuma kumpulan ruangan sama beberapa kursi. Terus gua disuruh duduk di salah satu sofa di sana. Ga lama, muncul seorang yang nantinya jadi Usher gua, sebut saja namanya J. Nah, di sofa itu lah gua di-interview. Agak kaget juga, karena gua pikir interview itu bakal di ruang tertutup gitu. Rupanya cuma di sofa. Wow, menarik juga sistemnya. Disitu gua diwawancarain kayak "kenapa sih mau coba magang di ruangguru?" "jurusan apa?", dll. Habis itu dia cerita kalau sebenernya Ruangguru lagi ada project yang berkaitan dengan jingle ruangguru. Dan karena di CV gua masukkin skill gua yang berkaitan dengan musik dan not balok, akhirnya dia tertarik. Terus dia ceritain juga benefitnya kalo magang disini, kayak gaji, makan siang gratis, tempat kerja flexible, dll. Habis itu interview selesai, gua disuruh tunggu kabar via email.

Eh, sebulan kemudian, Puji Tuhan gua lolos yey. Akhirnya ga nganggur-nganggur amat pasca wisuda. 

September, gua mulai melakukan permagangan ini. Awalnya gua ga langsung kerja. Tapi diajak HRD keliling-keliling ruangan buat perkenalkan diri gitu. Setelah perkenalan diri, baru gua diajak ke ruangan gua yang sebenernya. Disitu gua berkenalan dengan beberapa orang di sana. Ada yang masih magang, ada yang bentar lagi last day, ada juga yang masih jadi full timer di sana. Dan yang gua pahami, ternyata yang magang di sana jauh lebih banyak daripada full timer, hmm.

Ok, jadi hari pertama gua dikasih tugas buat bikin research dan info soal Asian Para Games (Yup, waktu itu lagi hype banget emang Asian Para Games). Dan Usher gua meminta supaya semua bahan berasal dari tempat yang kredibel. Hah, kamu menantang anak Kriminologi soal data-data kredibel ya? Kuterima tantanganmu, Usher!

Selama permagangan, gua sangat menikmati pekerjaan ini. Pakaiannya santai, gua bahkan bisa pake celana pendek dan sendal ke sana. Gua juga selalu mengerjakan semua tugas tepat waktu, bahkan sebelum deadline. Gua juga selalu berhasil mendapatkan data-data kredibel buat artikel di ruangguru. Bahkan Usher gua ga nyangka kalo gua bisa dapet nama asli Ibunya Gen Halilintar wkwkwk.

Tapi selama permagangan itu, gua bingung juga. Perasaan, waktu interview kan dia bilang bakal ada project soal musik dan jingle Ruangguru ya, tapi sampai gua last day pun, gua ga dapet sedikitpun project soal musik. Gua bingung sebenernya, tapi gua pikir, mungkin  nanti bakal ada. Tapi hal itu ga pernah dateng.

Hal yang kurang gua nikmatin di permagangan ini, malah temen-temennya. Yup, selama gua magang, gua ketemu 5 orang yang juga magang di divisi marketing. Sebenernya 5 orang itu baik. Baik semua kok. Tapi entah kenapa gua ga cocok gitu sama mereka. Jangan salah, gua sering ikut makan siang bareng mereka kok. Kadang-kadang ngobrol, dan sebagainya. Tapi entah kenapa ya kayak awkward gitu. Mungkin karena interest gua dan 5 anak itu cukup berbeda. Selera humor pun juga beda. Jadi kayaknya mereka ngeliat gua sebagai anak yang "unik". Tapi mereka masih tetep ramah kok ke gua. But gua ga bisa se-attached itu dengan mereka. Well, I don't mind either, toh gua cuma 2 bulan disini. Tapi gua tetep salut, karena pas last day, mereka tetap kasih gua souvenir dan kenang-kenangan buat gua. Kalo kalian-kalian baca blog ini, gua berterima kasih banget, gua minta maaf kalo gua interest dan selera humornya berbeda, sehingga terlihat aneh. 

Oke, jadi ini yang gua rasakan selama magang di sini.

  1. Suasananya milenial banget. Lu bisa kerja dimana aja, ga harus di meja tertentu. Kadang-kadang lu bahkan bisa aja kerja di tangga. Yang penting tugas saat itu selesai.
  2. Makan siang gratis! Tiap hari bakal ada catering yang dikasih kantor buat kita, lumayan kan hemat-hematin uang jajan. Tapi, karena makan siangnya pake catering, kadang-kadang lu bakal bosen juga dengan menu makanannya. But I'm not, karena gua mikinya "mending makan catering daripada jajan" wkwk
  3. Bisa dapet banyak pengalaman. Karena di Ruangguru itu, lu cenderung disuruh melakukan tugas tanpa ditemani Usher (kecuali kalo lu bingung, ya mereka bakal dampingin lu sampe bisa). Lu juga bisa jadi mandiri dalam ngerjain tugas.
  4. Pakaiannya bebas! Ga harus Pakai blazer, atau kemeja, atau baju-baju rapih lainnya. Lu bisa pakai kaos, celana jeans, dan sendal, and kerja. Lu ga bakal dihakimin karena pakaiannya cuma kaos. Dan itu suasana yang gua suka.
  5. Ada Fee nya, jadi lu bisa dapet pengalaman + uang jajan, Lumayan kan?

Jadi, yah, begitulah pengalaman gua magang mandiri di Ruangguru. Satu hal yang kurang gua nyaman ya teman-teman permagangannya. Tapi itu personal sih. Overall, Magang di Ruangguru bener-bener pengalaman yang berguna banget buat gua. Thanks, Ruangguru!

Pengalaman Interview di Hokben (PT. Eka Bogainti)

HokBen new logo.png
Hai! Jadi seperti yang diketahui semua orang, gua tahun ini fix jadi pengangguran hore!

*lempar kembang*

Ehem.

Oke, jadi seperti yang dilakukan orang-orang yang baru lulus, gua mulai melakukan ritual yang bernama nyari kerjaan. Gua datang ke Job Fairnya UI, langsung follow berbagai akun-akun loker (lowongan kerja) di IG, setiap hari rajin buka JobStreet dan UrbanHired buat nyari lowongan, follow LINE Jobs di LINE, terus mulai bagus-bagusin profile di LinkedIn biar kesannya gua anak yang berprestasi, berdedikasi dan berpotensi jadi pegawai salah satu dari mereka *asek*. Dan biar ga keliatan nganggur-nganggur amat, gua memilih jadi intern di Ruangguru. Lumayan, dapet duit, dapet pengalaman juga. Nanti gua ceritain pengalaman gua di Ruangguru setelah gua kelar magang ya. Sabar guys.

Tapi ada hal yang bikin gua sulit dapet kerjaan :
1. Gua ga tertarik kerjaan di bidang kriminologi (padahal gua lulusan kriminologi).
2. Gua ga mau kerja

HAH? GA MAU KERJA?

Ya, sebenernya gua lebih tertarik bikin usaha sendiri daripada kerja di kantor. Tapi kan belum ada modal ea, jadi gua untuk sementara berbisnis sebagai dropshipper Viva dulu. Nanti klo dapet kerjaan tetap, gua bakal nabung buat kumpulin modal sama travel. Yuk yang mau beli Viva Cosmetics atau mau jadi dropshipper juga, bisa langsung komen di post ini yaa. *maaf jadi promosi* *nama juga usaha*

Oke, jadi sebenernya gua lebih tertarik di bidang Creative dan entertainment. Selain itu, gua juga suka hal-hal yang berbau sosial media. Itu sebabnya gua nyarinya tuh lowongan kayak social media officer, social media specialist, atau yang macam performer (piano) dan guru piano. Iya, gua nekat. Tapi itu yang gua mau, daripada kerja di bidang kriminologi tapi lu ngerjainnya ga enjoy. Yah, itu opini gua doang sih.

Nah, gua udah apply banyak tuh. Kayaknya 120 lamaran gua sebarin di Jobstreet, gua lupa kalo di Glints, LinkedIn, Urban Hire, dll. Dan Akhirnya ada beberapa kantor yang nelpon gua buat interview. Salah satu yang nelpon gua buat interview adalah PT. Eka Bogainti. Buat yang ga tahu, PT. Eka Bogainti adalah perusahaan yang bergerak di bidang F&B (Food and Beverage), salah satu merknya yang terkenal adalah Hokben. Yes, gua melamar juga di Hokben, gengs.

"Cil, lu ngapain di Hokben? Jadi Waitress?"

Engga atuh :(

Gua disitu melamar jadi creative and social media marketing. Jadi nanti tuh tugas gua ya membuat konten buat promosiin Hokben di socmed, kira-kira itu nantinya tugas gua. Pas gua lapor ke ortu kalo gua mau interview di sana, tadinya emak gua rada gimana gitu. Soalnya doi takut tempatnya bakal jauh, either di Jakarta Utara atau Karawang (buset). Eh, gitu gua bilang kantornya di Ciracas, emak gua langsung super seneng. Ya iyalah, cuma setengah jam pake Gojek cuy. Ga usah kalang kabut sampe bangun subuh-subuh. Mantull.

Oke, jadi akhirnya hari jumat kemarin (19 Okt 2018) gua datang ke kantornya di daerah Ciracas, deket Pasar Ciracas gitu lokasinya. Gua kira, gua bakal interview di restorannya gitu, eh rupanya engga gengs. Gua interview di ruang kantornya mereka. Yah, kecewa lah dunia persilatan.

Dan proses interviewnya umum sih. Ditanyain latar belakang pendidikan, terus sekarang kegiatannya apa aja. Kenapa mau bekerja di Hokben, dan sebagainya. Setelah kurang lebih 45 menit tanya jawab, akhirnya HR nya nanya "kamu hari Rabu bisa ikut psikotest ga?", dan gua langsung mengiyakan dong, demi kerjaan apa sih yang ngga.

Terus pas hari Rabu, tepatnya 24 Oktober, gua dateng ke kantornya lagi. Kali ini ruangannya beda, dan gua satu ruangan sama calon-calon lain yang nge-apply ke sini. Gua kira yang lolos administrasi cuma dikit kan, eh rupanya lumayan. Ada belasan. Gua langsung minder (Iya, anaknya suka gampang insecure). Terus pas tanda tangan absen, gua iseng ngintip, nyari tahu siapa aja sih calon pelamar yang apply di sosial media. Soalnya, pas gua tanya, rupanya yang ikut psikotes itu ga cuma yang ke Sosial media. Ada yang jadi kasir, ada yang di akuntansi, dll. Jadi digabung gitu. Akhirnya mulai lah psikotesnya. Test dimulai dengan test perilaku. Jadi tugas kita tuh mencentrang kalimat yang sesuai dengan diri kita. Setelah itu, test gambar. Tugas kita adalah mencocokan gambar berdasarkan soal yang ada. Habis itu ada test kraeplin, atau orang-orang bilang 'test koran'. Kita dikasih kertas selebar kertas koran, kertas itu isinya kerumunan angka. Tugas kita itu ya menjumlah angka-angka tersebut dengan cepat dan tepat. Pegel pegel dah. Kayaknya kelar test itu, tangan kanan gua udah berotot. Dan yang terakhir adalah kita disuruh gambar manusia dan gambar pohon. Kira-kira itu sih isi test hari itu. Psikotes dimulai dari jam setengah 9 pagi, dan selesai pukul 11 siang, tapi ada juga yang selesai lebih dari jam 11 siang, karena mereka interview dulu (sebelumnya mereka belum diinterview kayak gua).

Hari Senin, tanggal 29 Oktober, gua ditelepon hokben pas lagi magang di kantor. Gua udah deg-degan aja kan. Eh, si HR nya telepon buat kasih tahu bahwa gua Recommended dong buat ke tahap selanjutnya. Terus ditawarin buat bertemu HR Manager hari kamis tgl 1 Nov. Ya gua langsung iyain, of course.

Huft, semoga aja berjalan lancar.

Akhirnya 29 Oktober gua datang ke kantor. Gua udah pede aja tuh, gua pikir tinggal gua sendirian kandidat yang tersisa. Sadis ga tuh? Eh rupanya gua salah.

Pas gua dateng, tiba-tiba muncul temen gua pas jaman kuliah, tapi beda jurusan. sebut saja namanya V. Doi komunikasi, gua kriminologi. Pas dia liat gua, dia langsung sapa gua

Ket:
V (temen gua) G (gua)

V : "Eh elu shir. Lu ngelamar disini juga?"
G : "Yoi. Anjay barengan dah kita."
V : "wkwk. Lu ngelamar bidang apa?"
G : "Social media. Lu?"
V : "Wih, sama."

MATI GUA.

Yah, lawan gua temen gua yang anak kom pula, makin kecil dah ini kesempatan gua. Tapi gua berusaha positif thinking. Bapak gua aja yang teknik pangan bisa kerja di Asuransi, berarti gua juga bisa dong kerja beda jurusan.

Ga lama kemudian, muncul juga anak cewek lain. Gua inget nih, cewek ini satu ruangan sama gua pas psikotest. Gua dan si V pun kenalan sama dia. Ternyata dia anak UI juga, namanya B, jurusan sastra Belanda angkatan 2013. Makin jiper lah gua, yaawla gini amat yak mau nyari kerja.

Kami pun satu persatu diinterview sama usernya. Yang pertama diinterview si V, terus gua, yang terakhir si B. Pas gua diinterview, ditanya-tanyalah gua perihal yang umum-umum kayak "Jurusan apa?", "Apa hubungannya jurusan kamu sama socmed marketing?", "kenapa pilih hokben?", dsb.

Nah, ditengah-tengah interview, mereka minta instagram gua, mau liat kali ya instagram gua kayak gimana. Terus mereka pun minta portfolio gua. Karena portfolio gua ada yang video, gua pun tunjukkin lewat HP. Pas mereka lagi liat portfolio lewat hp gua, tiba-tiba ada yang telepon dong. Wah kacau nih, bisa-bisanya ada yang telepon gua pas lagi interview, udah gitu pas hp gua dipegang User pula. Eh, Usernya malah suruh gua angkat teleponnya, Akhirnya gua keluar ruangan dulu buat ngangkat telelpon. Rupanya itu telepon dari Yamaha Music perihal pendaftaran gua sebagai guru musik Yamaha. Mereka telepon buat bikin janji ketemu sama gua. Akhirnya selesai telepon, gua pun melanjutkan interview gua.

Selesai interview, gua pun nunggu jawaban dari Hokben.

1 minggu, ga ada kabar.

2 minggu, ga ada kabar.

3 minggu, masih ga ada kabar.

Yah, kayaknya sih gua ga dapet kerjaan itu ya kalo udah 3 minggu ga ada respon. Gua rasa si V itu yang dapet, soalnya si B waktu itu update status kalo dia sekarang kerja di sebuah agensi iklan gitu. Sementara si V ga update apapun (atau sengaja ga update?) di Instagramnya. Kecewa sih, tapi lumayan, bisa nambah pengalaman baru.

YOSH! SEMANGAT CARI KERJA BUAT BIKIN KERJAAN!


Cibubur
Shirleyuri, 2018






Efektivitas Nostalgia dalam Lagu-Lagu Masa Kini

Beberapa tahun lalu, tepatnya di tahun 2017, sebuah lagu berjudul ‘Plastic Love’ diunggah di Youtube. ‘ Plastic Love ’ yang dinyanyikan o...