Efektivitas Nostalgia dalam Lagu-Lagu Masa Kini

Beberapa tahun lalu, tepatnya di tahun 2017, sebuah lagu berjudul ‘Plastic Love’ diunggah di Youtube. Plastic Love yang dinyanyikan oleh Mariya Takeuchi. Video tersebut merupakan lagu Plastic Love yang diremix oleh akun bernama ‘Plastic Lover’ selama 7 menit dan menampilkan foto Takeuchi yang diambil di Hollywood pada 1980.  

Sejak kemunculan lagu Plastic Love-Maria Takeuchi, lagu-lagu City Pop Jepang lainnya juga muncul dan menjadi salah satu genre musik yang digandrungi oleh banyak anak muda. Youtube sendiri dibanjiri oleh kumpulan playlist city pop Jepang buatan netizen termasuk di Indonesia yang kemudian juga mengklaim punya city pop versinya sendiri, seperti lagu-lagu 80an bergaya funk dan chill yang dinyanyikan Fariz RM, Utha Likumahuwa, Candra Darusman, dan Chrisye. Lagu-lagu ini disatukan dalam sebuah video  berdurasi 100 menit.

Besarnya minat masyarakat terhadap era 80an di masa kini memancing pasar untuk memasukkan unsur 80an ke dalam karya mereka. Seperti Diskoria, Maliq n D’essentials, dan Laleilmanino. Keduanya merupakan kelompok musik yang sering menciptakan dan mengaransemen ulang lagu dengan nuansa funk dan jazz. Untuk menambah nuansa jadul, terkadang mereka memberikan efek noise di dalam lagu mereka, sehingga terdengar seolah-olah lagu tersebut diputar di radio. 

Salah satu lagu yang memiliki aspek-aspek tersebut adalah lagu Diskoria ft. Dian Sastro dan Laleilmanino yang berjudul ‘Serenata Jiwa Lara’. Lagu tersebut sukses menarik perhatian netizen karena musiknya yang bergenre disco dan funk, kualitas suara musik yang sengaja tidak dijernihkan, video clip yang dibuat berkualitas rendah, serta pakaian dan make-up yang tidak terlalu ‘natural’ menambah kesan ‘lawas’ di dalam lagu mereka. Bahkan lirik yang digunakan cenderung puitis, seperti lirik-lirik lagu yang ada di tahun 80an.

Uniknya, meskipun lagu ini menggunakan nuansa 80an, namun tidak hanya generasi 80-an yang merasa nostalgia. Para Millennials dan Gen-Z pun turut merasakan nostalgia. Hal ini unik, karena lagu 80an biasanya didengarkan oleh mereka yang tumbuh di tahun tersebut. Dengan kata lain, mereka yang lahir tahun 1960-1970 lah yang merasakan nostalgia. Sedangkan Millennial yang lahir di tahun 1980-1995, dan Gen-Z yang lahir di tahun 1996-2012 tidak, karena mereka tidak tumbuh di zaman itu. Namun banyak yang merasakan nostalgia, meskipun tidak merasakan era musik tersebut.

                Dari kondisi ini, saya melihat bagaimana nostalgia dapat dimanfaatkan untuk menarik perhatian masyarakat. Hal ini karena nostalgia dapat membuat seseorang merasa nyaman ketika mampu mengenang masa lalu lewat sesuatu, masa-masa ketika kita muda dan belum memiliki beban seperti sekarang. Namun, seberapa efektif nostalgia ini digunakan untuk mempromosikan lagu? Apakah nostalgia marketing ini hanya mengejar target usia tertentu, atau jangan-jangan nostalgia ini mampu menciptakan sebuah nostalgia palsu (false nostalgia) kepada mereka yang tidak mengalami era tersebut? Dan apakah mereka jadi menyukai lagu tersebut karena musiknya, atau karena efek nostalgia yang diberikan lagu tersebut? Hal ini menurut saya menarik untuk dikaji lebih dalam, baik melalui survey maupun analysis content berdasarkan komentar yang ada di media sosial.

Efektivitas Nostalgia dalam Lagu-Lagu Masa Kini

Beberapa tahun lalu, tepatnya di tahun 2017, sebuah lagu berjudul ‘Plastic Love’ diunggah di Youtube. ‘ Plastic Love ’ yang dinyanyikan o...